Penggerek
tongkol jagung disebabkan oleh Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera)
hama
menyebabkan kerusakan pada buah tanaman jagung.
Bioekologi :
Imago betina H. armigera (gambar 1) meletakkan telur
pada pucuk tanaman jagung dan apabila tongkol sudah mulai keluar maka telur
diletakkan pada rambut jagung. Imago betina mampu bertelur rata-rata 730 butir
dengan masa oviposisi 10- 23 hari. Telur menetas dalam tempo tiga hari setelah
diletakkan pada suhu 22,5oC dan dalam tempo sembilan hari pada suhu 17oC
(Kalshoven 1981).
Gambar 1. Imago Gambar 2 : Larva
Larva (Gambar 2) terdiri atas 5-7 instar, tetapi
umumnya enam instar dengan pergantian kulit (moulting) setiap instar 2-4 hari
(Gambar 2). Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas
makanannya. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24-27,2oC
adalah 12,8-21,3 hari. Larva serangga ini bersifat kanibalisme sehingga
merupakan salah satu faktor yang menekan perkembangan populasinya (CPC 2001).
Spesies ini mengalami masa prapupa selama 1-4 hari.
Selama periode ini, larva menjadi pendek dan lebih seragam warnanya dan
kemudian berganti kulit menjadi pupa. Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi
dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah. Pada umumnya pupa
terbentuk pada kedalaman 2,5-17,5 cm. Serangga ini kadang-kadang berpupa pada
permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotorannya yang terdapat pada
tanaman.
Pada kondisi yang tidak memungkinkan seperti panjang
hari 11-14 jam/ hari dan suhu yang rendah (15-23oC), H. armigera mengalami
diapause atau sering disebut diapause pupa fakultatif. Diapause pupa dapat
berlangsung beberapa bulan bahkan dapat lebih dari satu tahun. Pada kondisi
lingkungan yang mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC
sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala Serangan :
Tanda serangan penggerek tongkol pada jagung ditandai
adanya lubang melintang pada daun tanaman stadia vegetatif. Rambut tongkol
jagung terpotong, ujung tongkol ada bekas gerekan dan seringkali ada larvanya
Imago betina akan
meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva akan
menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji jagung yang sedang
mengalami perkembangan
Gambar3). Infestasi serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Gambar
3 : Larva yang memakan jagung
Pengendalian
Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati
dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Trichogramma
spp. Yang merupakan parasitoid telur, di mana tingkat parasitasi pada hampir
semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49%
(Mustea 1999). Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) juga merupakan parasitoid
pada larva muda. Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat
diinfeksi oleh M.anisopliae.
Agen pengendali lain yang juga berpotensi untuk
mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa
armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).
Kultur Teknis
Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa
yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera
berikutnya.
Kimiawi
Agak sulit mencegah kerusakan oleh serangga ini karena
larva segera masuk ke tongkol sesudah menetas. Untuk mengendalikan larva H.
armigera pada jagung, penyemprotan harus dilakukan setelah terbentuknya silk
dan diteruskan (1-2 hari) hingga jambul berwarna coklat. (Baco dan Tandiabang
1998).
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif dimehipo, monokrotofos, karbofuran, dll efektif menekan
serangan penggerek tongkol jagung.
Aplikasi insektisida dianjurkan apabila telah ditemukan satu kelompok
telur per 30 tanaman. Insektisida cair atau semprotan hanya efektif pada fase
telur dan larva instrar I-III, sebelum larva masuk ke dalam tongkol.
Jika ulat sudah masuk
kedalam tongkol, maka pengendalian yang bisa dilakukan adalah Untuk mengatasi
hal tersebut, bisa kita berikan insektisida yang berbahan aktif karbofuran dan
diberikan pada tunas tumbuh/pupus sebanyak kira-kira 5-7 butir. Untukm lebih
mudahnya bisa dicampur dengan pasir yang telah diayak, dan diberikan saat ada
gejala dan diulang 10-15 hari kemudian. Pemberian insektisida karbofuran
maksimal 3 kali perlakuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar