Minggu, 03 Mei 2015

HAMA PENGGEREK TONGKOL JAGUNG





Penggerek tongkol jagung disebabkan oleh Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera) hama menyebabkan kerusakan pada buah tanaman jagung.

Bioekologi :
Imago betina H. armigera (gambar 1) meletakkan telur pada pucuk tanaman jagung dan apabila tongkol sudah mulai keluar maka telur diletakkan pada rambut jagung. Imago betina mampu bertelur rata-rata 730 butir dengan masa oviposisi 10- 23 hari. Telur menetas dalam tempo tiga hari setelah diletakkan pada suhu 22,5oC dan dalam tempo sembilan hari pada suhu 17oC (Kalshoven 1981).

        

Gambar 1. Imago                 Gambar 2 : Larva

Larva (Gambar 2) terdiri atas 5-7 instar, tetapi umumnya enam instar dengan pergantian kulit (moulting) setiap instar 2-4 hari (Gambar 2). Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24-27,2oC adalah 12,8-21,3 hari. Larva serangga ini bersifat kanibalisme sehingga merupakan salah satu faktor yang menekan perkembangan populasinya (CPC 2001).
Spesies ini mengalami masa prapupa selama 1-4 hari. Selama periode ini, larva menjadi pendek dan lebih seragam warnanya dan kemudian berganti kulit menjadi pupa. Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah. Pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5-17,5 cm. Serangga ini kadang-kadang berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotorannya yang terdapat pada tanaman.
Pada kondisi yang tidak memungkinkan seperti panjang hari 11-14 jam/ hari dan suhu yang rendah (15-23oC), H. armigera mengalami diapause atau sering disebut diapause pupa fakultatif. Diapause pupa dapat berlangsung beberapa bulan bahkan dapat lebih dari satu tahun. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.

Gejala Serangan :
Tanda serangan penggerek tongkol pada jagung ditandai adanya lubang melintang pada daun tanaman stadia vegetatif. Rambut tongkol jagung terpotong, ujung tongkol ada bekas gerekan dan seringkali ada larvanya
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji jagung yang sedang mengalami perkembangan 
Gambar3). Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.



  Gambar 3 : Larva yang memakan jagung

Pengendalian
Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Trichogramma spp. Yang merupakan parasitoid telur, di mana tingkat parasitasi pada hampir semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49% (Mustea 1999). Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) juga merupakan parasitoid pada larva muda. Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat diinfeksi oleh M.anisopliae.
Agen pengendali lain yang juga berpotensi untuk mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).

Kultur Teknis
Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.

Kimiawi
Agak sulit mencegah kerusakan oleh serangga ini karena larva segera masuk ke tongkol sesudah menetas. Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan harus dilakukan setelah terbentuknya silk dan diteruskan (1-2 hari) hingga jambul berwarna coklat. (Baco dan Tandiabang 1998).
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif dimehipo, monokrotofos, karbofuran, dll efektif menekan serangan penggerek tongkol jagung. Aplikasi insektisida dianjurkan apabila telah ditemukan satu kelompok  telur per 30 tanaman. Insektisida cair atau semprotan hanya efektif pada fase telur dan larva instrar I-III, sebelum larva masuk ke dalam tongkol.
Jika ulat sudah masuk kedalam tongkol, maka pengendalian yang bisa dilakukan adalah Untuk mengatasi hal tersebut, bisa kita berikan insektisida yang berbahan aktif karbofuran dan diberikan pada tunas tumbuh/pupus sebanyak kira-kira 5-7 butir. Untukm lebih mudahnya bisa dicampur dengan pasir yang telah diayak, dan diberikan saat ada gejala dan diulang 10-15 hari kemudian. Pemberian insektisida karbofuran maksimal 3 kali perlakuan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar